Aku, Laptop dan Kerja
Jadi jangan bosan ya, aslinya aku mau curhat habis-habisan
*tawa evil*
Sejak memutuskan menerima tugas sebagai Ketua KEB pada awal
2015 lalu, bloging tidak bisa lagi dianggap dan dijalani sepintas lalu yang
dianggap sebagai hobi semata. Tapi sudah masuk ke tahap “Ya ini adalah kerja
atau pekerjaan”. Dan mengharuskan aku secara personal memberikan tanggung jawab
yang sesuai dengan hak dan kewajiban yang diterima.
Dan di sinilah akhirnya laptop menjadi “kekasih” ku yang tak
bisa lepas atau ditinggalkan dalam waktu lama. Misal saat bepergian ke luar
kota sampai menginap. Meski hanya menginap satu malam selemparan jarak ke Bekasi, aku
benar-benar tidak bisa meninggalkan laptop.
Meski terkadang berakhir tidak terpakai, karena ssibuk
dengan urusan dan kangen-kangenan dengan keluarga. Tapi pengalaman dan kebiasaan
tetap terulang.
Terkadang terlintas pikiran buruk pada diri sendiri “Apa aku
terlalu kecanduan bekerja depan laptop? Yang disebabkan oleh kurang pintarnya
mengatur waktu saat senggang?”
Ah rasanya tidak juga, aku bahkan merasa sebagai type yang
sangat menghargai dan menimati pekerjaanku saat ini. Hanya terkhusus soal
membawa laptop ke mana-mana, seperti sudah menjadi bagian tak terpisahkan. Bahkan
terasa ada yang kurang saat tidak membawa laptop saat perjalanan agak jauh.
Tapi kalau diingat lagi, semua berawal dari pengalaman
pernah dikejar klien (dari sebuah agnecy) untuk mengirim satu file penting
tengah malam. Dan aku yang kebetulan menginap di Jakarta Timur karena ada
arisan keluarga, tidak membawa laptop akhirnya menghadapi kekecewaan klien dan
sebuah pesan “Kalau berhubungan sama anak agency harus siap sih mbak dengan hal
begini”.
Meski merasa “Ya tapi aku kan bukan anak agency”, tapi di
sisi lain “Ya tapikan menerima pekerjaan dari agency!!” akhirnya sejak saat itu aku seolah terdikte untuk tidak pernah meninggalkan laptop saat bepergian sampai
menginap meski cuma satu malam. Jangankan menginap, sekedar menghadiri seminar tapi melihat rundown seharian full, laptop pun akhirnya "Tak tega hati untuk kutinggalkan".
Banyak yang bilang “Pakai tablet saja”. Aduh, sampai saat
ini aku tetap bukan sang ahli yang sanggup bekerja menggunakan tablet. My midle name is
typo, layar sentuh benar-benar masih menjadi momok menggelikan bagi jariku yang
besar, sehingga menghasilkan typo yang tak pernah berujung *tertawa miris*.
“Beli keyboard khusus tablet” tetap tidak bisa juga, selemah itu aku
bekerja mengutat laporan, proposal, file-file besar, memantau full TL dan
pekerjaan yang sedang berjalan hanya bisa kulakukan dengan nyaman dan leluasa di laptop.
Kalau untuk sekedar bersenang-senang social media, BW, cek email dan balas email singkat, sederhana tanpa file besar masih okey sih dengan tablet atau smartphone.
Kalau untuk sekedar bersenang-senang social media, BW, cek email dan balas email singkat, sederhana tanpa file besar masih okey sih dengan tablet atau smartphone.
Aku, Laptop dan
Perjalanan
Di era serba pamer positif, melihat foto lanscape Indonesia
dan belahan dunia lain dari reman-teman travel blogger sudah pasti jiwa kaki
lenjeh ingin ke tempat tersebut juga bangkit. Disertai info dan fasilitas
kemudahan mendapat tiket murah hingga menyusun intinenary yang membuat nyaman perjalanan, jangan harap jiwa petualang bisa ditahan.
Meski belum bisa ditasbihkan sebagai travel blogger sejati (dan akupun sepertinya tidak sanggup),
secara jalan-jalannya setahun masih belum pernah mencapai 10 kali dalam setahun, itupun dua
kalinya adalah mudik mudik setiap tahun ke Jawa Timur & Kalimantan Selatan.
Yang disempatkan menambah jadwal untuk menjelajah daerah-daerah wisata
sekitaran kota tinggal yang belum pernah dikunjungi.
Tapi soal membaca dan mengumpulkan informasi traveling secara detail, aku salah satu juaranya.
Terutama informasi tentang perjalanan ala backpaker, perjalanan efisien bareng
keluarga, semacam itulah.
Tapi penerapannya? *mulai menertawakan diri sendiri*
Pada kenyataannya dari awal mulai masalah bawaan saja sudah
jauh melenceng. Aku bukan tukang pergi yang bisa hanya membawa satu tas ransel
dan semua masuk ala makpon Mira Sahid. Okey packing bisa rapi, tapi soal ringkas dan praktis,
benar-benar masih jauh dari harapan ala-ala backpaker.
Usia tidak bisa bohong, sudah tidak sanggup membawa banyak
beban ransel di pundak. Memaksakan diri pundak dan punggung akan menderita,
sampai di tujuan yang ada waktu sudah terpangkas banyak hanya untuk sekedar
meluruskan punggung yang pegal. Padahal itinenary harus dilaksanakan, agar mendapat kepuasan batin bisa menikmati tempat tujuan dengan maksimal.
Bayangkan, baju, laptop seberta semua accesoriesnya, puoch
make up, power bank, charger dan bawaan lain semua masuk ransel dan dibawa naik
kabin. Tubuh dengan lemak yang agak over dan jarang olahraga ini sudah pasti
tidak sanggup kakaaa 😑
Makanya 1,5 tahun belakangan perjalananku rutin ditemani
koper roda ukuran kecil yang bisa masuk kabin. Bahkan sekedar satu malam ke
Cirebon, tetap koper yang salah satu isinya ya laptop dengan segala
printilannya yang kubawa.
Kalau bepergian dengan keluarga seperti mudik menggunakan
mobil, laptop adalah bawaan yang aku dulukan nangkring tergantung di kursi
depan. Tasnya menggantung ke arah belakang.
Kalau ke acara dalam kota tidak menginap dan ada aktivitas
yang mewajibkan membawa laptop, maka motorku atau motor abang Gojek
adalah salah satu tumpuan harapan buat menggantung tas laptop.
Bisa dibilang praktis sudah 2 tahun belakangan aku minim
sekali menggendong atau nyangklong tas laptop. Apapun caranya akan aku coba biar intinya
tetap bawa laptop tanpa membebani tubuhku.
Kalau mepet harus ku bawa, harus seminim-minimnya. Dari
parkiran motor ke dalam stasiun. Dari jalan raya tempat turun Gojek masuk ke
gedung tempat acara.
Aku, Perjalanan, Laptop dan masalahnya
Tapi apakah semua menjadi beres? Melakukan perjalanan agak
panjang maupun singkat dengan membawa kebutuhan tubuh dari ujung rambut ke
kaki, perlengkapan kerja dari laptop yang beratnya lebih dari 1Kg beserta
printilannya. Cahrger, power bank, colokan tambahan, kamera dan
chargernya, kabel data dan printilan-printilan lainnya tanpa membebani pundak?
Ternyata tidak selalu. Ini pengalaman ku.
Di salah satu counter check in Bandara Soetta.
"Ibu maaf kopernya tidak bisa dibawa ke kabin, karena
beratnya melebihi kapasitas yang seharusnya. Lebih dari 7Kg, jadi harus masuk
bagasi" Ucap mbak counter maskapai di Bandara Soetta saat saya check in
mau berangkat ke Lampung beberapa bulan lalu untuk Arisan Ilmu Kumpulan Emak
Blogger.
Dengan mata menyipit aku menatap meja counter tempat
komputer data dan layar kecil yang menunjukan angka berat koper saya berada.
9,7Kg.
"Baiklah mbak, kalau begitu saya keluarkan dulu laptop
saya. Laptopnya saja biar saya bawa ke kabin" serem ingat banyaknya cerita
penumpang kehilangan barang berharga di bagasi. Aku keluarkan tas laptop dari koper.
Setelah tas laptop berpindah ke pundak
yang sangat terasa “pundak langsung syok”, kembali aku menaikan koper ke meja
putar tempat barang arah bagasi.
"Eh Ibu, kalau laptopnya tidak ada, kopernya
ternyata 7Kg pas, bisa dibawa naik. Tapi laptopnya tetap bawa dalam ransel
ya". Antara capek dan mau ketawa, balada laptop berat. Ya, Asus E202S ini
beratnya masih lebih dari 1Kg. Belum tas laptopnya sendiri, charger, mouse
yang biasanya selalu aku jadikan dalam satu tas. Biar tidak tercecer.
Lihat ini, hal yang nggak mungkin banget untuk laptopku diginiin!!! Lihat video lengkapnya di sini |
Pengalaman lainnya. Saat mudik, kota tujuan utama adalah Bojonegoro kampung halaman suami. Setelahnya kami akan keliling ke Tulungagung, Malang, Trenggalek Surabaya. Ada saat di aku dan keluarga besar suami yang kalau masuk mobil, langsung penuh depan hingga belakang.
Kalau yang belakang mau naik atau turun, kursi tengah harus dilipat dan dijungkirkan ke depan. Entah bagaimana cerita dan kejadian pastinya, yang pasti begitu sampai tujuan laptop yang aku gantung di kursi depan dan tasnya pun berlapis bahan busa tebal begitu, malam hari dibuka laptopnya blank dan lipatannya terpampang nyata agak bergeser, laptop yang tertutup itu tidak lagi simetris *kalau ingat sampai sekarang tetap sedih & kesel*
Ini ASUS Zenbook 13 UX331UAL buat mukul bolaaa dan tetap tahan banting *histeris takjup* Tonton video lengkapnya di sini |
Dugaan saat itu, laptop kejepit bangku tengah ketika dilipat
dan dijungkirkan ke arah kursi depan, saat memberi jalan untuk penumpang belakang naik dan turun. Langsung
histeris setengah kesal merengek ke suami.
Adegan selanjutnya justru pertengkaran tak berarti, karena
suami kesal "Itukan barang kamu, perhatikan sendiri dong. Atau
mentang-mentang yang naik keluargaku semua, jadi kamu marahnya ke aku".
Tragedi laptop kejepit kursi dalam perjalanan Bojonegoro Surabaya musim libur
lebaran 2017.
Ya, karena rencana nginapnya 2 malam di Surabaya, laptop tak
mungkin ditinggal. Nyicil laporan kerjaan saat Ramadhan tetap harus jalan, biar
kalau sudah balik mudik kerjaan tidak menumpuk. Bahkan terkadang aku liburnya
manjang, klien sudah ngantor aku masih di kampung dan kirim laporan tetap harus
jalan.
Aku juga punya kebiasaan 2-3 hari langsung memindahkan file dari memory kamera ke laptop. Karena punya memory kamera cuma satu,
sedangkan kalau libur lebaran foto dan video berjejer, sekejap memory langsung
full.
Hemat energi juga identik hemat biaya, buibu kalau dengar inikan pasti happy :P |
Tapi pulang dari mudik, suami tetap baik hati ngasih lampu
hijau buat beli baru Asus E202S, yang aku pakai 1,5 tahun ini, menggantikan
laptop yang blank kejepit kursi mobil. Nggak betah mendengar rengekan istri
yang kerjanya terhambat karena laptopnya blank-blank terus.
Sejak saat itu aku benar-benar parno dan teliti kalau
membawa laptop bepergian. Meski masuk koper, tetap dimasukan tas laptop
berbahan busa tebal dulu. Khawatir saat koper ditarik, ada guncangan yang akan
berimbas ke laptop di dalamnya.
Lebih dari satu kali aku juga pernah mengalami putus tali tas laptop yang aku gantung di stang motor. Dan laptop yang masih dalam tas hampir
jatuh ke aspal dalam perjalanan rumah di Warakas ke Stasiun Kota.
Meski tidak sampai jatuh, tapi jantung berdebar karena
sempat oleng dan mau jatuh saat kedua kaki digunakan untuk menahan laptop agar
tidak jatuh ke aspal benar-benar mampu membuat trauma saat itu.
Karenanya, urusan pekerjaan dan jalan-jalan yang
mengaharuskan aku sering menenteng laptop ke mana-mana, aku punya impian (yang
kudoakan setiap malam agar jadi kenyataan) punya laptop Asus ZenBook 13
UX331UAL.
Sejak informasinya seliweran di TL dan kubaca, menurutku ZenBook
13 UX331UAL adalah salah satu produk yang dihadirkan untuk menjawab “Di tengah
praktis & efisiennya era moderen saat ini, dengan segala fasilitas dan
kemudahannya dalam menjalani pekerjaan & minatnya pada aktivitas gaul seperti
traveling masih ada sosok-sosok rempong seperti aku”.
Dengang segala peran dan tanggung jawab yang diterima, tapi masih
saja belum bisa santai pada beberapa titik tertentu dalam menjalani peran
tersebut. Salah satunya saat harus melakukan perjalanan jauh atau dekat, tapi
masih memiliki dan memikirkan tanggung jawab laporan, proposal dan lain-lainnya.
Kemudian masih berkutat dengan memikirkan berat bawaan macam
laptop yang mengancam punggung rapuhnya yang mudah lelah karena usia dan
kemalasan olahraga.
ZenBook 13 UX331UAL
hadir dengan spesifikasi memikat, yang paling utama menarik perhatian tentu
saja ketangguhannya yang sudah berstandar military-grade MIL-STD 810G dan lolos
uji daya tahan untuk memastikan kemampuannya beroperasi dalam berbagai kondisi.
Sebagai adik seorang anggota TNI, apapun yang berlabel “Telah
berstandar Militer” percayalah itu pasti terbaik. Jangankan laptop, sereceh
rantang, jas hujan saja awetnya minta ampun, apalagi laptop!!!
Uji cobanya di youtube Raditya Dika dan video yang direshare
mbak Irien , bikin ngeri-ngeri takjub. Lapptop diinjak orang dewasa, punyaku
kejepit kursi mobil yang empuk dan di dalam tas berbahan busa saja langsung
blank.
Mendukung Kerja Maksimal (yang jangan sampai lupa waktu mentang-mentang batrainya lama habisnya 😆) |
Sistem operasi didukung Windows Hello, yaitu cara pengoperasian
baru pengguna Windows 10, di mana cukup menghadapkan wajah ke layar atau
sentuhan jari di sensor fingerprint sudah langsung bisa bekerja, membuka file. Teknologi
yang memfasilitasi eksis paling asyik masa kini, wajah kita sangat berharga
sebagai kunci laptop sendiri *lol*
Diperkuat oleh prosesor
tercepat Intel Core i generasi ke-8. Demi menopang performa tinggi yang
ditawarkan, ASUS memadankan prosesor tersebut dengan RAM tercepat DDR4 2133MHz
serta penyimpanan kecepatan tinggi dan handal, berbasis M.2 SSD.
Mau bikin apapun akan terasa jauh lebih mudah, cepat. Terutama yang sedang giat-giatnya belajar ngevlog, Zenbook 13 UX331UAL ini akomodir banget karena bisa langsung buka Power Director yang tersedia.
Mau bikin apapun akan terasa jauh lebih mudah, cepat. Terutama yang sedang giat-giatnya belajar ngevlog, Zenbook 13 UX331UAL ini akomodir banget karena bisa langsung buka Power Director yang tersedia.
Dilengkapi keyboard backlit ukuran penuh dengan desain kokoh, memberi pengalaman mengetik yang luar biasa dalam segala kondisi pencahayaan. Kalau kata mbak Irien dalam testimoni di blognya sebagai yang pernah mencoba "Ini adalah mahakarya ergonomi, dengan jarak penekanan tombol keyboard 1,4 mm yang dioptimalkan untuk kenyamanan saat mengetik. Laptop ini juga didukung dengan teknologi palm-rejection dan mendukung gerakan multi-jari dan tulisan tangan. Pas banget deh buat bloggers zaman now!"
Dan saya adalah salah satu "blogger zaman now!" itu, semoga bisa memilikinya *Aamiinkan teman-teman* 😅
Ketahanan batrai :
Spesifikasi lengkapnya :
Main Spec.
|
ASUS ZenBook UX331UAL
|
CPU
|
Intel® Core™ i5-8250U Processor, 6M Cache, up to
3.40 GHz
|
Operating System
|
Windows 10 Home
|
Memory
|
8GB LPDDR3 2133MHz SDRAM
|
Storage
|
256GB SATA3 M.2 SSD
|
Display
|
13.3" (16:9) LED backlit FHD (1920x1080) 60Hz,
Ultra Slim 300nits
|
Graphics
|
Integrated Intel UHD
Graphics 620
|
Input/Output
|
1x micro SD card, 1x audio jack COMBO, 1x Type C USB3.0 (USB3.1
GEN1), 2x Type A USB3.1 (GEN1), 1x HDMI, Support HDMI 1.4
|
Camera
|
VGA Web Camera
|
Connectivity
|
Built-in Bluetooth V4.2, Integrated 802.11 AC (2x2)
|
Audio
|
Built-in Stereo 1 W Speakers And Array Microphone, ASUS SonicMaster Technology
Support Windows 10 Cortana with Voice, Harman kardon
|
Battery
|
50 Whrs Polymer Battery
|
Dimension
|
310 x 216 x 13.9 mm (WxDxH)
|
Weight
|
985gr with Battery
|
Colors
|
Deep Dive Blue, Rose Gold
|
Price
|
Rp14.299.000
|
Warranty
|
2 tahun garansi global
|
Jadi ya, kalau kata aku, ASUS Zenbook 13 UX331UAL ini semacam memfasilitasi orang-orang macam aku untuk tetap bisa produktif berkarya kapanpun, di mana pun. Karena perjalanan nyaman dan aman bukan sekedar tentang "Anak muda, para pria" tapi semua orang termasuk orang rempong seperti aku.
Perjalanan nyaman, kerjaan aman dengan pundak tetap fit tanpa beban berat laptop yang tetap wajib dibawa 😅
Kapanpun, di manapun, mari tetap bisa santai jalan-jalan tanpa lupa pada tangung jawab pekerjaan bersamaASUS Zenbook 13 UX331UAL |
Perjalanan nyaman, kerjaan aman dengan pundak tetap fit tanpa beban berat laptop yang tetap wajib dibawa 😅
Aamin YRA
BalasHapusKalo menang saya pinjem bentaran ya mbak?
#kedipkedip ������
Siapp bu, klo menang ke Bandung pasti kubawa hahaha, aamiin
Hapuswuaaaa laptop merahnya cuantiiik loooh
BalasHapustapi akan lebih cantik yang rose gold yaa, hehehe
semoga disegerakan punya yang rose gold yaaa
Ya ampun, impian bangetlah rose gold itu, aamiin semiga dikabulkan punya <3
HapusBener bangett, sudah di dalam koper pun masih tetap bikin deg2an yees :(
BalasHapusMusti nabung dulu nih kayaknya buat kebeli tuh laptop :D
BalasHapus