Pages

Senin, 10 Agustus 2015

Ramah Tamah #SahabatJKN & Kemenkes : Mari Mencegah, Daripada Mengobati


Ramah Tamah #SahabatJKN Bersama Ibu Nila Moeloek, Menteri Kesehatan RI 



“Lebih baik mencegah daripada mengobati”

Pepatah yang benar-benar merasuk ke dalam jiwa saya dan benar-benar meresapi maknanya justru saat saya terbaring lemah, tak berdaya, merasakan sakit, perih luar biasa di sebuah ranjang rumah sakit tiga tahun yang lalu. 

Usus buntu, yang tanpa saya sadari ternyata menggerogoti tubuh saya beberapa tahun belakangan, akhirnya sukses diangkat. Setelah sekian bulan selalu mengalami sakit di bagian bawah perut kanan, sakit yang merambat hingga ke bagian tubuh lain, mengakibatkan rasa pegal luar biasa ke hampir semua tubuh selama sekian bulan akhirnya berhasil dibuang oleh team bedah rumah sakit.

Bagaimana perasaan saya saat itu? Lega sudah pasti, karena akhirnya jadi tahu “Apa yang diam-diam menggerogoti tubuh dan bisa dihilangkkan”. Bersyukur, sudah pasti! Karena sebagian biaya ditanggung tempat kerja suami, jadi beban biaya lumayan berkurang. 


Tapi, kesadaran akan “Nikmatnya sehat” benar-benar terasa merasuk dalam hingga ke hati. Meski biaya ringan, tetap lebih enak tidak sakit. Tidur beberapa hari di ranjang rumah sakit, sampai AC yang dingin ruangan tak mampu menghalau gerah tubuh yang lengket di tempat tidur yang sudah beralas seprei lembut benar-benar membuat saya stres stres luar biasa.

Itulah yang saya rasakan saat itu. Hingga tertanam tekat dalam hati “Lebih baik mencegah daripada mengobati” dengan cara mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Mulai memikirkan olahraga dengan serius, mulai memilah-milah makanan yang pantas dikonsumsi atau lebih baik dihindari. Tidak sekedar memanjakan lidah sesaat.

Dan terungkap dalam diskusi Ramah Tamah Sahabat JKN Bersama Ibu Menkes Nila Moeloek minggu lalu (5/8/2015) di era penerapan JKN sekarang, kesadaran inilah yang masih sangat rendah dari masyarakat. Mayoritas mereka masih berfikir “Aji mumpung”. Mumpung ditanggung, mumpung dibayarin dan mumpung-mumpung lainnya. Hanya dengan Rp 25.500 – Rp 59.900 perbulan, setiap sakit ringan hingga berat seperti Kanker masyarakat langsung mendapatkan pelayanan lengkap hingga tuntas. Akhirnya pemikiran memprihatinkan “Ah, kalau sakit ada JKN yang biayai, jadi santai saja” bersarang kuat dalam pemikiran mayoritas masyarakat.

Padahal biaya berasal dari dana masyarakat dengan pola subsidi silang, yang mampu membantu yang tidak mampu. Menggunakan sistem gotong royong. Dan masyarakat dengan pola pikir ini tidak memahami sepenuhnya bahwa untuk saat ini pemerintah masih nombok mensubsidi biaya tersebut.

Jadi antara iuran yang masuk dari seluruh masyarakat yang sudah terdafatar dengan tagunggan yang harus dibiayai karena sakit tidak sesuai. Bahasa kita sehari-hari adalah “nombok”. Dilihat dari data penyakit yang diderita, mayoritas penyakit masalah gaya hidup. Seperti darah tinggi, jantung dan stroke.

Dalam ramah tamah sharing santai kali ini, tidak hanya mengungkapkan tentang rendahnya kesadaran untuk menjaga kesehatan, Ibu Nila juga memaparkan kondisi Masyarakat Indonesia secara luas dalam keterkaitannya dengan dunia kesehatan baik secara langsung maupun tidak.

Pertumbuhan penduduk yang pesat, potensi dan tantangan yang luar biasa dalam menghadapi bonus demografi. Masalah sosial, ekonomi yang mengahantui saat laju pertambahan penduduk tak terbendung. Mulai dari makin sempitnya lahan pertanian karena beralih fungsi menjadi pemukiman. Sehingga ketahanan pangan yang memenuhi asupan gizi juga ikut terganggu.

Dari gizi terganggu, maka efek domino lain akan bermunculan. Seperti kurang pahamnya tentang menjaga dan memelihara kesehatan secara menyeluruh. Mulai dari masalah penikahan dini yang berdampak negatif dalam jangka panjang. Dari masih belum matangnya alat reproduksi, hingga berakibat pada kelahiran yang bermasalah.

Dari data Kemenkes saja lebih dari 40% penduduk Indonesia masih hidup dalam kondisi memprihatinkan dalam berbagai sisi sandang, pangan, papan termasuk tidak terlindungi jaminan kesehatan. Dari sinilah pemerintah menghadirkan solusi JKN.

Masalah lainnya masih banyak masyarakat yang belum percaya untuk ikut mendaftar BPJS Kesehatan dengan berbagai alasan. Giliran mau ikut pemikiran “Aji mumpung” yang lebih berperan, sehingga cenderung abai pada kesehatan diri sendiri. Juga membahas tentang Fatwa MUI yang sudah diluruskan di banyak Media bahwa sebenarnya BPJS Kesehatan TIDAK HARAM, hanya sistemnya yang masih belum syariah.

Saat sesi tanya jawab juga sangat menarik, karena mayoritas akhirnya jadi ajang curhat blogger tentang masih banyaknya keluhan dan kelemahan dalam pelaksanaan JKN. Meski akhirnya, yang terbaik adalah kita tetap mendukung dan memahami bahwa ini masih baru, masih banyak yang harus diperbaiki untuk menuju ke kesempurnaan palayanan. Mulai dari mendaftar hingga pelayanan di lapangan.

Namun inti terpenting Ramah Tamah kali ini adalah selalu mengingatkan peran blogger sebagai salah satu corong informasi masyarakat melalui tulisan masing-masing. Peran serta mensosialisasikan tentang pentingnya kesehatan minimal di lingkungan terdekat, seperti keluarga sendiri. 

Tentang JKN atau BPJS Kesehatan yang mengusung sistem gotong royong, agar kita selalu bisa menjelaskan kepada banyak pihak yang masih belum paham apa dan bagaimana JKN ini sistem kerjanya. Serta peran besarnya untuk masyarakat.

Dan yang paling penting tentu saja bagaimana kita sebagai pribadi yang selalu memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan kita masing-masing. Memiliki dan membangun kesadaran untuk mendeteksi dini apa yang dirasakan dengan segera agar sakit yang diderita tidak masuk dalam tahap lebih akut dan pengobatan menjadi lebih berat, membutuhkan biaya lebih mahal, membutuhkan tenaga lebih banyak untuk menjalani pengobatan sehingga menghambat produktifitas.

Bahwa JKN hanya untuk berjaga-jaga, tapi jauh lebih baik dan penting tentu “Mencegah daripada mengobati”. Percayalah sahabat semua, saya salah satu yang sudah merasakan bahwa meski biaya ditanggung, masih jauh lebih-lebih baik sehat.

Dan akhirnya sampai jumpa di diskusi berikutnya Sahabat JKN, terima kasih Kemenkes melalui Eyang Anjari atas undangannya.

Salam Sehat selalu!

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...