Banyak
penyebab dan alasan yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu Narkoba, meski
bagi orang yang tidak pernah merasakan hal itu terkadang dianggap sebagai
sesuatu yang berlebihan. Kalau saya pribadi lebih berusaha memahami tanpa
menjudge buruk karena pada dasarnya setiap ornga berbeda. Dalam menghadapi
sebuah peristiwa dalam hidupnya. Dan hal yang terbaik dalam hidup menurut saya adalah
bagaimana kita berusaha memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik dalam segala
hal.
Saya
memiliki seorang sahabat sebut saja She, yang bisa dibilang sudah seperti
saudara. Kami sering beraktifitas bersama. Dia baik dan rame, karena itu bisa
cocok dengan saya yang juga rame orangnya. Namun sahabat yang baik ini memiliki
masa lalu yang cukup kelam yaitu pernah tercebur dalam kubangan Narkoba. Ya,
saat masih muda sahabat saya adalah pecandu berat Narkoba.
Bagaimana
kisah bermula sehingga dia bisa terjerat barang haram ini?
Masa
lalu sebagai seorang anak dengan orangtua bercerai saat usia masih di jenjang
SD, membuatnya She jadi pendiam. Saat orang tuanya mulai sering bertengkar dia
sering menyaksikan hal tersebut. Bahkan saat perpisahan diputuskan, She yang
masih kecil sempat menjadi rebutan ekstrim oleh orang tuanya. Tarik menarik
tangan untuk memperebutkan dirinya juga pernah terjadi tanpa memikirkan
bagaimana kondisi seorang anak kecil saat itu.
Setelah
perceraian ikut sang Ibu yang kemudian harus bekerja keras untuk menghidupinya.
Karena kesibukan sang Ibu She sering ditinggal sendiri di rumah. Bahkan dia
pernah ketakutan dan menangis berjam-jam di dalam rumah sendirian tanpa ada
yang tahu. She tidak punya tempat untuk mengadu dan bercerita tentang tekanan
batinnya tersebut. Bahkan hingga dia beranjak remaja, kondisi guncangan sejak
dia kecil terus mencengkram dirinya dan membuatnya menjadi orang yang tertutup.
Saat dia kembali tinggal dekat sang ayah, untuk menebus waktu yang pernah
hilang sang ayah mengguakan uang dan kakayaan beliau untuk menebus rasa
bersalah karena sang ayah juga tergolong orang yang sibuk bekerja. Hubungan She
dengan saudara-saudaranya juga tidak berjalan lancar, lama berpisah dan keempat
sang ikut ayah dan hanya She sendiri yang ikut Ibu membuat hubungan mereka
jauh. Meski secara fisik dekat namun tak dapat menutupi kesepian dan trauma
yang sudah terlanjur mencengkram She.
Dan
akhirnya disinilah Narkoba masuk dalam kehidupannya. She mulai merasakan
Narkoba adalah jalan terbaik yang dia miliki untuk bisa menutupi semua rasa
takut, trauma dan kesepian yang selama ini dia rasakan. Ditunjang materi berlimpah
dari sang ayah yang member untuk menebus kesalahan, She bisa dengan leluasa
membeli barang-barang haram tersebut. Bahkan saat She melanjutkan pendidikan ke
Luar Negeri, kecanduannya semakin menjadi karena memiliki teman-teman yang sama
dengannya.
Sebenarnya
She juga lelah dan ingin berhenti namun tak pernah berhasil bahkan saat dia
menyaksikan seorang sahabatnya overdosis dan meninggal, sebenarnya keinginan
kuat untuk sembuh selalu muncul dalam hatinya. Begitu juga saat sudah mulai
bekerja She tetap belum bisa menghentikan kecanduannya. Bahkan merasa nyaman
karena dia memiliki uang sendiri untuk membeli barang haram dari uang gajinya
sendiri. Kondisi She yang sangat tertutup dan sulit untuk berkomunikasi tentang
hal yang terlalu pribadi membuatnya tidak mendapat dukungan dari manapun untuk
upaya penyembuhannya. Karena hampir seluruh keluarga tidak tahu kondisinya.
Dan
akhirnya dia berhenti saat mengenal seorang lelaki yang menarik hatinya dan
melamarnya. She menceritakan semua kondisinya dan orang yang kini menjadi
suaminya bisa menerima keadaannya. Dan mendukunya sepenuh hati untuk sembuh.
Akhirnya itulah jalan She bisa sembuh dan sekarang menikamti kebahagiaan
bersama suami dan ketiga buah hatinya.
\
Dari
pengalaman pribadinya ini She benar-benar belajar dan berjuang bagaiamana agar
buah hatinya tidak mengikuti jejaknya kelak. Agar buah hatinya benar-benar
tumbuh dengan baik tanpa mengalami kendala dan trauma akibat dari tindakan
orangtua. Sekarang She berusaha dengan baik bagaimana supaya anak-anaknya nyaman
dalam keluarga, terbuka dan menjadi anak-anak yang bahagia. Karena menurutnya ketidak
bahagiaan yang dialaminya saat kecil akibat trauma melihat banyak peristiwa
pahit dalam keluarganya adalah penyebab dia terjerumus menjadi seorang pecandu.
She
sekarang benar-benar berjuang membangun keluarga bahagia dan nyaman untuk buah
hatinya. Dia sering berkata “Gue nggak mau anak-anak gue merasakan apa yang
dulu alami. Karena itu apapun yang terjadi gue akan terus berjuang untuk mereka
agar mendapatkan kehidupan yang aman dan nyaman sehingga tidak salah jalan
seperti Ibu, yaitu gue”
Dari
kisah She, saya berusaha memahami dan berusaha mengambil hikmah dan pelajaran.
Bahwa orang tua tidak bisa egois memikirkan diri sendiri, terutama saat masih
memiliki anak yang masih kecil. Mereka adalah jiwa-jiwa rapuh yang masih butuh
perlindungan karena masih sangat rawan
trauma. Menahan diri dan menekan keegoisan adalah salah jalan untuk menciptakan
kondisi yang kondusif bagi seorang anak. Pada saat orang tua sudah tidak bisa lagi
bertahan dan benar-benar harus memilih jalan terburuk yang ada yaitu berpisah,
yang paling utama dipikirkan adalah kondisi psikis anak. Menyiapkan mereka
untuk menghadapi perubahan lingkungan yang pasti akan mempengaruhi perasaan dan
memberi rasa tidak nyaman adalah hal utama yang harus dilakukan.
Sebenarnya
kasus seperti She bukanlah kisah baru dalam dunia pecandu. Sangat banyak kasus
serupa dimana para orang tua tidak memahami kondisi dan perasaan seorang anak
dan masih terus menganggap mereka sebagai anak kecil yang hanya cukup disogok
dengan uang jajan. Banyak orang tua yang tidak berpikir dampaknya yang jauh
lebih mengkwatirkan. Dan kasus She yang terjerumus dalam Narkoba karena
memiliki keluarga broken home adalah kasus kesekian dari sahabat yang saya
miliki. Saat SMA saya juga memiliki seorang sahabat yang sangat akrab dengan
saya juga terjerumus ke Narkoba karena keluarganya juga broken home. Di mana
dia kurang mendapat perhatian dari Ibu yang akhirnya harus bekerja siang malam
mencari nafkah untuknya dan meminta pengertian untuk tidak menuntut banyak hal
bahkan untuk sekedar meminta perhatian. Dan sang ayah yang sudah sibuk dengan
pasangan barunya. Sehingga Narkoba menurutnya adalah pelarian terbaik yang dia
miliki.
Kondisi
seperti ini benar-benar merupakan sebuah pukulan berat bagi seorang anak yang
masih dalam usia pertumbuhan dan labil. Seperti yang dikisahkan sahabat SMA
saya, di satu sisi dia ingin selalu mendapat perhatian dan lari ke sang Ibu
tapi tapi di sisi lain dia juga merasa takut membebani sang Ibu yang sudah
terlihat lelah bekerja keras untuk dia dan adiknya. Sehingga pelarian ke
teman-teman tanpa memilah lagi mana yang layak menjadi tempat bersandar dan
mana yang harus dihindari sudah tidak bisa terelakan. Dan pengaruh buruk Narkoba
dengan mudah merasuki dirinya.
“Gue
ingin menjadi orang tua yang baik untuk anak gue agar mereka benar-benar
menjadi anak yang bahagia” ucap She. “Aku akan berjuang sekuat tenaga tidak
mengulangi kisah buruk kedua orang tuaku dengan kisah perceraian mereka agar
anakku kelak tidak terjerumus seperti aku” Ucap sahabat SMA saya saat kami
berjumpa beberapa tahun lalu dalam kondisi sudah berkeluarga. Kalimat yang
serupa makna meski tak sama pengucapannya membuat saya benar-benar menanamkan
dengan kuat dalam hati bahwa saya harus berusaha menjaga buah hati saya dengan
baik. menjaga emosi dan egois saya sebagai orang tua, agar saat bertindak selalu
memikirkan dampak baik dan buruknya untuk anak. Bukan berarti dalam artian kita
“MeRajakan” buah hati, namun lebih kepada membuatnya menjadi seorang anak
dengan karakter yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh hal buruk dalam
kondisi apapun.
Tapi
selintas lewat dalam pikran saya bahwa pada masa itu kedua sahabat saya ini
masih beruntung bisa lepas dari jeratan Narkoba dengan bantuan orang-orang
tercinta. jadi kalau mereka bisa, pasti saat ini para pecandu yang lain juga
bisa karena mendapat dukungan penuh tidak hanya dari orang tercinta tapi juga
oleh pemerintah dengan di sediaknnya rehabilitasi gratis hanya dengan melaporkan
diri ke IPWL dan menikuti tes yang dilakukan oleh Tim Assesmen yang akan
menentukan tingkat kecanduan seorang pengguna dan apakah hanya pengguna murni
atau terlibat dalam peredaran.
Untuk
mewujudkan Indonesia Bebas Narkoba yang mana dimulai pada 2014 sebagai tahun
Penyelamatan Pengguna Narkoba dengan program rehabilitasi. Penyalahguna Narkoba
lebih baik direhabilitasi untuk memutus mata rantai peredaran dan pengguna,
yang mana kemungkinan besar untuk terus berinteraksi masih sangat terbuka bila
bersatu dan bertemu dalam penjara sehingga tidak menimbulkan efek jera. Bila pengguna
murni di pisahkan, maka kemungkinan untuk kembali menggunakan kecil.
Tapi
untuk para orang tua sekali lagi, lebih baik mencegah daripada mengobati. Sebelum
buah hati terpengaruh akan lebih baik bila kita melindungi mereka dengan
membangun komunikasi dua arah sejak masih kecil. Membiasakan member suasana
nyaman, tidak otoriter, tapi juga tidak lepas kendali. Tetapi dalam pengawasan seimbang
untuk membuatnya merasa dihargai dan tidak dianggap remeh meski sebagai seorang
anak.
Meski
pemerintah sudah memfasilitasi para penyalahguna Narkoba melalui IPWL, tapi
akan lebih baik jika kita selalu sehat dan menjaga keluarga tercinta agar tidak
tidak terpengaruh narkoba sehingga bisa membantu pemerintah mengkampanyekan
Anti Narkoba pada seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga menjadi bangsa yang
besar dan jaya karena generasinya berprestasi dan Bebas dri Narkoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar