Pages

Rabu, 30 April 2014

Menekan Egoisme Sebagai Orang Tua



Banyak penyebab dan alasan yang menyebabkan seseorang menjadi pecandu Narkoba, meski bagi orang yang tidak pernah merasakan hal itu terkadang dianggap sebagai sesuatu yang berlebihan. Kalau saya pribadi lebih berusaha memahami tanpa menjudge buruk karena pada dasarnya setiap ornga berbeda. Dalam menghadapi sebuah peristiwa dalam hidupnya. Dan hal yang terbaik dalam hidup menurut saya adalah bagaimana kita berusaha memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik dalam segala hal.

Saya memiliki seorang sahabat sebut saja She, yang bisa dibilang sudah seperti saudara. Kami sering beraktifitas bersama. Dia baik dan rame, karena itu bisa cocok dengan saya yang juga rame orangnya. Namun sahabat yang baik ini memiliki masa lalu yang cukup kelam yaitu pernah tercebur dalam kubangan Narkoba. Ya, saat masih muda sahabat saya adalah pecandu berat Narkoba.



Bagaimana kisah bermula sehingga dia bisa terjerat barang haram ini?
Masa lalu sebagai seorang anak dengan orangtua bercerai saat usia masih di jenjang SD, membuatnya She jadi pendiam. Saat orang tuanya mulai sering bertengkar dia sering menyaksikan hal tersebut. Bahkan saat perpisahan diputuskan, She yang masih kecil sempat menjadi rebutan ekstrim oleh orang tuanya. Tarik menarik tangan untuk memperebutkan dirinya juga pernah terjadi tanpa memikirkan bagaimana kondisi seorang anak kecil saat itu.

Setelah perceraian ikut sang Ibu yang kemudian harus bekerja keras untuk menghidupinya. Karena kesibukan sang Ibu She sering ditinggal sendiri di rumah. Bahkan dia pernah ketakutan dan menangis berjam-jam di dalam rumah sendirian tanpa ada yang tahu. She tidak punya tempat untuk mengadu dan bercerita tentang tekanan batinnya tersebut. Bahkan hingga dia beranjak remaja, kondisi guncangan sejak dia kecil terus mencengkram dirinya dan membuatnya menjadi orang yang tertutup. Saat dia kembali tinggal dekat sang ayah, untuk menebus waktu yang pernah hilang sang ayah mengguakan uang dan kakayaan beliau untuk menebus rasa bersalah karena sang ayah juga tergolong orang yang sibuk bekerja. Hubungan She dengan saudara-saudaranya juga tidak berjalan lancar, lama berpisah dan keempat sang ikut ayah dan hanya She sendiri yang ikut Ibu membuat hubungan mereka jauh. Meski secara fisik dekat namun tak dapat menutupi kesepian dan trauma yang sudah terlanjur mencengkram She.

Dan akhirnya disinilah Narkoba masuk dalam kehidupannya. She mulai merasakan Narkoba adalah jalan terbaik yang dia miliki untuk bisa menutupi semua rasa takut, trauma dan kesepian yang selama ini dia rasakan. Ditunjang materi berlimpah dari sang ayah yang member untuk menebus kesalahan, She bisa dengan leluasa membeli barang-barang haram tersebut. Bahkan saat She melanjutkan pendidikan ke Luar Negeri, kecanduannya semakin menjadi karena memiliki teman-teman yang sama dengannya.

Sebenarnya She juga lelah dan ingin berhenti namun tak pernah berhasil bahkan saat dia menyaksikan seorang sahabatnya overdosis dan meninggal, sebenarnya keinginan kuat untuk sembuh selalu muncul dalam hatinya. Begitu juga saat sudah mulai bekerja She tetap belum bisa menghentikan kecanduannya. Bahkan merasa nyaman karena dia memiliki uang sendiri untuk membeli barang haram dari uang gajinya sendiri. Kondisi She yang sangat tertutup dan sulit untuk berkomunikasi tentang hal yang terlalu pribadi membuatnya tidak mendapat dukungan dari manapun untuk upaya penyembuhannya. Karena hampir seluruh keluarga tidak tahu kondisinya.

Dan akhirnya dia berhenti saat mengenal seorang lelaki yang menarik hatinya dan melamarnya. She menceritakan semua kondisinya dan orang yang kini menjadi suaminya bisa menerima keadaannya. Dan mendukunya sepenuh hati untuk sembuh. Akhirnya itulah jalan She bisa sembuh dan sekarang menikamti kebahagiaan bersama suami dan ketiga buah hatinya.
\
Dari pengalaman pribadinya ini She benar-benar belajar dan berjuang bagaiamana agar buah hatinya tidak mengikuti jejaknya kelak. Agar buah hatinya benar-benar tumbuh dengan baik tanpa mengalami kendala dan trauma akibat dari tindakan orangtua. Sekarang She berusaha dengan baik bagaimana supaya anak-anaknya nyaman dalam keluarga, terbuka dan menjadi anak-anak yang bahagia. Karena menurutnya ketidak bahagiaan yang dialaminya saat kecil akibat trauma melihat banyak peristiwa pahit dalam keluarganya adalah penyebab dia terjerumus menjadi seorang pecandu.

She sekarang benar-benar berjuang membangun keluarga bahagia dan nyaman untuk buah hatinya. Dia sering berkata “Gue nggak mau anak-anak gue merasakan apa yang dulu alami. Karena itu apapun yang terjadi gue akan terus berjuang untuk mereka agar mendapatkan kehidupan yang aman dan nyaman sehingga tidak salah jalan seperti Ibu, yaitu gue”

Dari kisah She, saya berusaha memahami dan berusaha mengambil hikmah dan pelajaran. Bahwa orang tua tidak bisa egois memikirkan diri sendiri, terutama saat masih memiliki anak yang masih kecil. Mereka adalah jiwa-jiwa rapuh yang masih butuh perlindungan karena masih sangat  rawan trauma. Menahan diri dan menekan keegoisan adalah salah jalan untuk menciptakan kondisi yang kondusif bagi seorang anak. Pada saat orang tua sudah tidak bisa lagi bertahan dan benar-benar harus memilih jalan terburuk yang ada yaitu berpisah, yang paling utama dipikirkan adalah kondisi psikis anak. Menyiapkan mereka untuk menghadapi perubahan lingkungan yang pasti akan mempengaruhi perasaan dan memberi rasa tidak nyaman adalah hal utama yang harus dilakukan.

Sebenarnya kasus seperti She bukanlah kisah baru dalam dunia pecandu. Sangat banyak kasus serupa dimana para orang tua tidak memahami kondisi dan perasaan seorang anak dan masih terus menganggap mereka sebagai anak kecil yang hanya cukup disogok dengan uang jajan. Banyak orang tua yang tidak berpikir dampaknya yang jauh lebih mengkwatirkan. Dan kasus She yang terjerumus dalam Narkoba karena memiliki keluarga broken home adalah kasus kesekian dari sahabat yang saya miliki. Saat SMA saya juga memiliki seorang sahabat yang sangat akrab dengan saya juga terjerumus ke Narkoba karena keluarganya juga broken home. Di mana dia kurang mendapat perhatian dari Ibu yang akhirnya harus bekerja siang malam mencari nafkah untuknya dan meminta pengertian untuk tidak menuntut banyak hal bahkan untuk sekedar meminta perhatian. Dan sang ayah yang sudah sibuk dengan pasangan barunya. Sehingga Narkoba menurutnya adalah pelarian terbaik yang dia miliki.

Kondisi seperti ini benar-benar merupakan sebuah pukulan berat bagi seorang anak yang masih dalam usia pertumbuhan dan labil. Seperti yang dikisahkan sahabat SMA saya, di satu sisi dia ingin selalu mendapat perhatian dan lari ke sang Ibu tapi tapi di sisi lain dia juga merasa takut membebani sang Ibu yang sudah terlihat lelah bekerja keras untuk dia dan adiknya. Sehingga pelarian ke teman-teman tanpa memilah lagi mana yang layak menjadi tempat bersandar dan mana yang harus dihindari sudah tidak bisa terelakan. Dan pengaruh buruk Narkoba dengan mudah merasuki dirinya.

“Gue ingin menjadi orang tua yang baik untuk anak gue agar mereka benar-benar menjadi anak yang bahagia” ucap She. “Aku akan berjuang sekuat tenaga tidak mengulangi kisah buruk kedua orang tuaku dengan kisah perceraian mereka agar anakku kelak tidak terjerumus seperti aku” Ucap sahabat SMA saya saat kami berjumpa beberapa tahun lalu dalam kondisi sudah berkeluarga. Kalimat yang serupa makna meski tak sama pengucapannya membuat saya benar-benar menanamkan dengan kuat dalam hati bahwa saya harus berusaha menjaga buah hati saya dengan baik. menjaga emosi dan egois saya sebagai orang tua, agar saat bertindak selalu memikirkan dampak baik dan buruknya untuk anak. Bukan berarti dalam artian kita “MeRajakan” buah hati, namun lebih kepada membuatnya menjadi seorang anak dengan karakter yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh hal buruk dalam kondisi apapun.

Tapi selintas lewat dalam pikran saya bahwa pada masa itu kedua sahabat saya ini masih beruntung bisa lepas dari jeratan Narkoba dengan bantuan orang-orang tercinta. jadi kalau mereka bisa, pasti saat ini para pecandu yang lain juga bisa karena mendapat dukungan penuh tidak hanya dari orang tercinta tapi juga oleh pemerintah dengan di sediaknnya rehabilitasi gratis hanya dengan melaporkan diri ke IPWL dan menikuti tes yang dilakukan oleh Tim Assesmen yang akan menentukan tingkat kecanduan seorang pengguna dan apakah hanya pengguna murni atau terlibat dalam peredaran.

Untuk mewujudkan Indonesia Bebas Narkoba yang mana dimulai pada 2014 sebagai tahun Penyelamatan Pengguna Narkoba dengan program rehabilitasi. Penyalahguna Narkoba lebih baik direhabilitasi untuk memutus mata rantai peredaran dan pengguna, yang mana kemungkinan besar untuk terus berinteraksi masih sangat terbuka bila bersatu dan bertemu dalam penjara sehingga tidak menimbulkan efek jera. Bila pengguna murni di pisahkan, maka kemungkinan untuk kembali menggunakan kecil.

Tapi untuk para orang tua sekali lagi, lebih baik mencegah daripada mengobati. Sebelum buah hati terpengaruh akan lebih baik bila kita melindungi mereka dengan membangun komunikasi dua arah sejak masih kecil. Membiasakan member suasana nyaman, tidak otoriter, tapi juga tidak lepas kendali. Tetapi dalam pengawasan seimbang untuk membuatnya merasa dihargai dan tidak dianggap remeh meski sebagai seorang anak.


Meski pemerintah sudah memfasilitasi para penyalahguna Narkoba melalui IPWL, tapi akan lebih baik jika kita selalu sehat dan menjaga keluarga tercinta agar tidak tidak terpengaruh narkoba sehingga bisa membantu pemerintah mengkampanyekan Anti Narkoba pada seluruh masyarakat Indonesia. Sehingga menjadi bangsa yang besar dan jaya karena generasinya berprestasi dan Bebas dri Narkoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...