Ilustrasi by Annisa Steviani |
Lebaran apapun kalau menjalaninya
di perantauan selalu memberi “rasa” tersendiri untuk saya. tapi dari segala
rasa yang menyeruak tentu rasa galau karena rindu kumpul keluarga besar adalah
yang dominan.
Membayangkan kumpul dengan
keluarga, menikmati makanan buatan Ibu. Makanan khas-khas lebaran seperti
ketupat dengan segala pendamping-pendampingnya. Kalau Lebaran Haji seerti
sekarang maka ada tambahan menu olahan daging. Mulai semur dan rendang daging
sapi, sate dan gulai kambing, dan bermacam olahan lainnya.
Mari masak daging |
Bagi perantau seperti saya tentu
sedikit galau dan ngenes. Maklum saya bukanlah emak-emak tangguh seperti Ibu
dan kakak saya yang betah menunggu matangnya ketupat hingga empat jam lamanya,
padahal masaknya sudah power full di atas api kayu. Atau menunggu empuknya daging di depan kompor
hingga lebih dari satu jam. Duh, saya tidak serajin itu. Dan pemikiran ini
semakin membuat ngenes makin akut.
Padahal salah satu cara mengobati
rindu pada keluarga di saat seperti ini adalah melalui masakan. Memasak sendiri
dengan bumbu yang sesuai dan sama dengan yang Ibu buat. Rasa rindu semakin
meninggi saat melihat tetangga sepulang sholat Idul Adha sibuk menyiapkan tusuk
sate, panggangan beserta arangnya, aneka bumbu dan perlengkapan lainnya. Ya,
biasanya saya menyaksikan Ibu saya melakukan itu untuk kami.
Semur daging yang penampakannya "tidak sempurna" tapi benar-benar memanjakan lidah :) |
Tapi...beruntung di tanah rantau ini saya nggak sendiri, ada keponakan yang rajinnya berbanding terbalik dengan saya. Karena tempat tinggal kami dekat, tinggal ngesot saja deh istilahnya maka seringnya kami masak bareng. Begitu juga Lebaran Idul Adha kali ini.
Sayur lodeh tulangan ala Icoel bersaudara ;) |
Kami kebagian jatah daging sapi
beserta tulang iga yang menggoda untuk dibuat sup. Dan saya langsung ingat
dengan Pressure Cooker Philips milik saya yang nangkring cantik di lemari
perabotan. Sejak memilikinya baru dua kali saya pakai, maklum masaknya nebeng
ya beginilah jadinya :P
Sup iga ala-ala anak rantau gitu :P |
Karena baru dipakai dua kali,
Sulis keponakan saya juga belum tahu bagaimana cara menggunakannya. Karena itu
dia sempat protes saat saya ajak masak hari itu juga “Sudah siang mbak, masak
daging itu nggak sebentar. Aku jam satu kerja” Sulis kerja di Mall yang tak
mengenal tanggal merah. Untungnya saat Idul Adha dia shif siang, masuk pukul
14.00 WIB, masih sempat diajak masak. Di suruh sih tepatnya :D
“Sudah turunin saja dulu itu Pressure
Cookernya, tak jamin nggak ada cerita telat kerja. Nanti tak ajari cara
gunainnya” jawab saya santai sambil mulai memilih bumbu yang dibutuhkan. Saat saya
bilang “Kita bikin tiga masakan, semur daging, sop iga dan lodeh tulangan”
Sulis bengong “Yakin? Kalau waktunya aku kerja belum selesai, rampungkan sendiri
ya” Omelnya.
Ini yang nggak mau ketinggalan berperan, meres jeruk sendiri pakai perasan jeruk Philips |
Setelah SMS ke kakak apa saja
bumbunya saya menyiapkan tiga macam bumbu. Dan memberi komando Sulis cara
memasak menggunakan Pressure Cooker Philips. Berasa jadi Chef Yudha versi cewek
saya, secara pas demo di acara Philips beberapa waktu lalu, Chef Yudha yang
ngajari masak Nasi Briyani.
Mulai dari menumis bumbu yang
langsung bisa dilakukan di Pressure Cooker Philips ini. Untuk memasak daging
saya bilang ke Sulis waktunya 18 menit saja, waktu itu bikin nasi Briyani
dengan campuran daging kambing juga Cuma 18 menit dan nasi beserta daging
matang bersamaan. Eh, karena nggak yakin sama dia dikasih 20 menit. Ya sudahlah
lata saya. Saya tahunya justru setelah masak dan dia laporan via SMS. Ya,
setelah memberi arahan cara masak dan menggunakan saya tinggal pergi. Saat sudah
matang Sulis heboh ternyata benar, cukup 20 menit saja daging empuk rata. Menu
selanjutnya adalah sup iga ala-ala Icoel dan Sulis. Masukin semua bahan
sayuran, iga dan bumbu. Tutup rapat, tekan tombol sup dan pasang waktu. Lagi-lagi
Sulis takub dengan hasilnya. Terkahir praktek lodeh tulangan ala Si Mbok. Dan
semua menu selesai dalam waktu sekitar 2 jam.
Kalau ini waktu demo bareng Chef Yudha & Philips #InovasiDapur |
Kenapa agak lama? Ya kali, kami masih kagok juga. Sesekali kaget dengan suara uap yang keluar dari lubang uap. Salah pencet panel, karena saya juga tidak fasih-fasih amat dengan tulisan-tulisan English yang ada di panel. Belum Sulis yang serba penasaran dan pencet sana sini yah. Harap maklum :D.
Kalau yang mendapingi Chef Yudha saya yakin cuma satu jam selesai ini mah :P
Sulis nyengir heboh dan bilang “Kenapa
baru kamu ajarin sekarang cara gunain ini?”. Baru tahu segini sudah hebah ya
ponakan saya ini, apalagi kalau saya ceritakan
semua fungsinya, mulai dari memasak nasi dengan waktu masak yang bisa
disesuaikan. Masukin beras dan air sekarang tapi kita ingin nasi matang tiga
jam kemudian saat suami pulang kerja jadi nasi masih fresh dan hangat pas.
Atau mengukus ikan dengan hasil
maksimal, memanggang cake juga bisa dilakukan di Pressure Cooker Philips. Hasil
masakan lebih fresh, dan pastinya memasak sendiri sebenarnya jauh lebih sehat
karena kita sendiri yang memilih bahan-bahan dan bumbu. Soal rasa? Cukup lumayan lah, meski untuk sup dan lodeh kurang asin sedikit dan akhirnya kami tambah garam secara manual saat sudah kami pindah ke mangkuk sayur. Tapi untuk hari ini saya pikir cukup lah ya, lain kali praktek lagi.
Kalau masaknya diawasi Chef Yudha rapi deh tampilannya, kalau di rumah ya nggak telaten platting beginian yak :P |
Mengingat soal kesehatan, jangan
lupa setelah makan daging-dagingan minum air lemon, dari yang pernah saya baca
bisa membantu mentralkan kadar lemak dan kolesterol dari daging yang kita
konsumsi. Sambil menunggu sup masak saya sempat membuat air perasan lemon
menggunakan perasan jeruk Philips yang penggunaannya sangat mudah dan cepat.
Bahkan Alisha saja bisa menggunakannya, tentu saja di bawah pengawasan saya.
Saya sukanya lemon yang agak-agak kecut, Alisha sukanya jeruk buah biasa. Hasil
perasan yang di dapat sangat maksimal.
Saya jadi ingat saat demo masak
Philips bareng Chef Yudha beberapa waktu lalu, hanya dalam waktu 45 menit kita
bisa mmenciptakan empat menu simple sehat. Dari Nasi Briyani, Bakpao Instant,
Kue Cubit dan Jeruk Coco. Bakapao-nya menggunakan Steamer Philips, yang bisa
untuk mengkusus adonan, filet ayan sampai jamur untuk isi sekaligus dalam satu
waktu. Bahkan kuah resapan yang ada di bagian bawah steamer bisa untuk saus
isi. Menyiapkan bumbu sangat simple dengan hand blender Philips.
Dan saya kembali ingat Ibu yang
selalu membutuhkan waktu lama untuk menyiapkan masakan. Terkadang hingga butuh
waktu dua hari untuk menyiapakn semua. Dari membuat ketupatnya sehari sebelum
lebaran. Merebus dagingnya dulu, supaya besok subuh-subuh bisa diolah dengan
cepat sebelum berangkat sholat Idula Adha. Begitu juga dengan sayurnya,
tulang-tulangan di rebus dulu sampai empuk, baru besoknya diolah bersama sayur. Belum menyiapkan bumbunya, Duh, ribet dan lama.
Dan impian saya sebagai anak
tentu berharap bisa menghadiahi Ibu peralatan dari #InovasiDapur Philips supaya
bisa merasakan kenyaman dan kemudahan saat ingin menyenangkan saat ingin
mengolah makanan yang diinginkannya. Semoga tercapai, Amiin!
Untuk informasi terbaru beragam produk #InovasiDapur jangan lupa follow @Philips_ID dan likes Fan Page Philips Home Living.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar